Jeblogan.desa.id - Setiap tahun, tradisi Nyadran atau Sadranan menjadi momen yang sangat berarti bagi masyarakat Jeblogan dan Jawa umumnya. Ritual sosial spiritual yang sudah eksis selama ratusan tahun ini, memperkuat silaturahmi antar warga dan hubungan kekerabatan. Perayaan Nyadran menjadi katalis untuk mempererat tali persaudaraan di tengah masyarakat.
Kegiatan ini mencakup pembersihan makam leluhur, tabur bunga (nyekar), dan puncaknya adalah kenduri selamatan dan doa di makam leluhur. Tradisi ini memiliki nilai-nilai sosial dan budaya, seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, serta menjalin silaturahmi dan berbagi antarwarga.
Warga desa Jeblogan masih menjaga tradisi ini, bahkan tradisi nyadran sudah diadakan di tingkat dusun. Salah satunya warga di wilayah dusun Kluweng yang mengadakan kegiatan nyadran pada Jum'at siang (7/6) bakda jum'atan di sendang dusun kluweng.
Nyadran sendiri berasal dari tradisi Hindu-Budha. Sejak abad ke-15 para Walisongo menggabungkan tradisi tersebut dengan dakwahnya, agar agama Islam dapat dengan mudah diterima. Pada awalnya para wali berusaha meluruskan kepercayaan yang ada pada masyarakat Jawa saat itu tentang pemujaan roh yang dalam agam Islam dinilai musrik. Agar tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu, maka para wali tidak menghapuskan adat tersebut, melainkan menyelasraskan dan mengisinya dengan ajaran Islam, yaitu dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil, dan doa. Nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dan dengan Tuhan.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini juga menjadi sarana membangun budaya gotong royong di masyarakat, memperkuat ikatan persaudaraan antar warga, menjadi sarana untuk bertukar informasi, juga menjadi sarana mensosialisasikan program pemerintah serta menjadi ruang untuk menjaring aspirasi dari masyarakat.
Eni Musfita sari mengungkapkan kesan positifnya terhadap kegiatan tersebut, “Meski diadakan secara sederhana, rangkaian acara Nyadran cukup khidmat, menarik, dan menyentuh perasaan, membawa peserta seakan terlempar kembali ke nostalgia masa lalu” ujarnya.
Kepala Desa Jeblogan, Suyoto, berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilestarikan.